Saya pernah tinggal selama dua tahun di tanah Jawa. Tepatnya di Tegalrejo Magelang. Waktu itu suami sedang tugas belajar di STPP Magelang selama empat tahun, dan di tahun ketiga saya dan anak diboyong untuk menetap di sana.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya saya mendapat surat izin pegawai titipan dari pemerintah kabupaten Magelang. Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, saya ditempatkan di Puskesmas Tegalrejo, puskesmas terdekat dekat dari tempat tinggal. Namun sebelum itu, saya disuruh orientasi dulu di Dinas Kesehatan selama satu minggu.
Lokasi Dinas kesehatan cukup jauh dari kontrakan kami. Setiap pagi saya diantar oleh suami untuk pergi kerja, dengan mengendarai Shogun, motor Suzuki bekas yang kami beli ketika beberapa hari sampai di Magelang. Jika sempat, pulangnya saya juga dijemput kembali. Tapi lebih banyak saya naik angkot sendiri.
Ada satu hal yang mencuri perhatian saya ketika pertama kali memasuki kota Magelang. Spanduk “Fesbuk” yang yang saya baca di pusat kota. Ya, akan ada festival buku yang akan berlangsung selama satu minggu. Lokasinya berada di gedung perpustakaan kota. Mengingat saya sudah mulai ngantor, harus ada strategi khusus untuk bisa datang ke sana. Akhirnya dihari-hari terakhir festival, barulah saya dan suami berkesempatan hadir.
Kesan pertama saya pada acara ini adalah meriah. Secara acara serupa belum pernah ada di kota asal kami di Sumatera. Kalaupun ada mungkin hanya di ibukota daerah tingkat satu. Saya dan suami antusias sekali, dan berharap acara serupa dapat diadakan di kota kelahiran kami.
Ketika memasuki halaman pustaka, terdapat sebuah panggung dengan spanduk besar “Festival Buku”. Disana sedang dilangsungkan lomba mewarnai bagi anak TK. Panggung itu juga digunakan untuk penampilan berbagai lomba lainnya. Di depan gedung pustaka terdapat beberapa tenda kuliner yang menyajikan berbagai jenis jajanan bagi para pengunjung.
Gedung Perpustakaan Kota Magelang terdiri dari dua lantai. Lantai dasar sebagai pustaka dan lantai dua merupakan gedung serbaguna. Dan di lantai inilah festival berlangsung. Ruangan ini padat oleh para pengunjung. Hampir semua stand diisi oleh para penerbit buku nasional, seperti Gramedia, Republika, Mizan, dll. Ada juga beberapa stand yang diisi oleh sekolah swasta, komunitas rajutan, komunitas kerajinan dari barang bekas dan komunitas melukis. Semua stand kami masuki. Buku best seller apapun bisa dijumpai di festival ini. Jika beruntung, ada beberapa buku yang sudah terbuka segelnya sehingga kami bisa membaca sedikit isi dalamnya.
Excited. Seandainya punya banyak uang, ingin rasanya memborong semua buku yang ada di sana. Alhasil kami hanya membeli beberapa buah buku bacaan untuk anak, buku menggambar, buku motifasi dan buku kesehatan. Semoga saja acara serupa dapat diadakan di kota kami. Walaupun hujan-hujanan, pergi ke festival buku adalah pengalaman pertama yang berkesan bagi kami berdua.
0 Comments