Ibu saya seorang guru bahasa Indonesia. Namun beliau sama sekali tidak pernah mengarahkan saya untuk suka membaca. Sama halnya ketika saya senang menulis, Mama tidak pernah memberi pelatihan khusus mengenai teknik kepenulisan. Semua mengalir begitu saja. Ibu saya mengajar bahasa dan saya menyenangi dunia literasi. Ilmu yang saya dapatpun sama seperti siswa lainnya, yaitu pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan kurikulum tingkat SMP dan SMA. Begitulah, Saya senang membaca dan menulis begitu saja. That's enough.
Di rumah banyak sekali koleksi buku kami. Kalau Mama bukunya didominasi buku tentang belajar mengajar tingkat SMP. Buku-buku yang sangat sangat teoritis sekali. Ada juga buku-buku sewaktu beliau menyambung kuliah DIII dan SI. Berwarna hijau dan ungu. Judulnya macam-macam. Tapi yang paling melekat dalam ingatan saya adalah buku Sintaksis. Isi dalamnya tidak pernah saya lihat. Ketika mengambil dan mengembalikan buku dari lemari buku, sekilas suka membaca judul-judul buku kuliah Mama. Ada juga buku yang pernah saya lihat isinya tentang puisi kata. Dalam satu puisi hanya ada satu kata yang terus diulang-ulang. Suku katanya dipenggal-penggal. Penulisannya seperti anak panah. Ah, apa ya gerangan namanya?.
Dibawah rak buku Mama, barulah disitu tersusun rapi buku koleksi saya. Semuanya cerita. Hehehe. Kitab-kitab ilmu kebidanan hanya beberapa saja. Waktu SMA dan kuliah dulu saya memang sering membeli buku cerita dan majalah Annida di Pasar Atas. Saya juga sering meminjam buku cerita di perpustakaan sekokah waktu SMA dan di perpustakaan mushalla waktu kuliah DIII.
Saya dan suami juga dilekatkan oleh hobi membaca buku. Bahkan dia punya dua kartu anggota pustaka. Perpustakaan daerah kabupaten dan perpustakaan kota Payakumbuh. Disaat duduk santai, kami pernah iseng berangan-angan ingin membuka perpustakaan di rumah untuk lingkungan tempat tinggal semoga suatu saat terwujud. Aamiin.
Nah, setelah kami pergi ke festival buku Magelang, dan mendapatkan informasi mengenai perpustakaannya, hampir setiap minggu kami mengunjungi pustaka, setelah menghadiri KAPMAS di Sanden. Apalagi waktu suami sedang mengerjakan tugas akhir, mengunjungi pustaka adalah kebutuhan wajib.
Perpustakaan Kota Magelang bisa di bilang sebuah pustaka idaman. Satu kali pergi, ada tiga insan yang bahagia sekali. Suami bisa belajar, mencari buku untuk keperluan sidang akhir, saya bisa internetan gratis pakai WiFi, dan anak bisa bermain sepuasnya dengan mainan edukasi.
Perpustakaan Kota Magelang punya banyak koleksi buku. Terdapat banyak meja dan bangku untuk para pengunjung. Kalau tidak kebagian tempat, ada pojok lesehan. Untuk fasilitas internet jangan khawatir, kalau tidak salah ada tiga titik hotspot yang akan mendukung kelancaran pencarian di dunia maya. Yang bikin saya senang sebagai emak-emak, ada tempat khusus anak yang benar-benar kece. Tempat dialasi karpet tebal, ada buku-buku untuk anak yang disusun dalam lemari-lemari cantik, tersedia komputer untuk pencarian buku, juga ada berbagai mainan edukatif. Sofa panjang juga disediakan oleh pihak pustaka. Entah mengapa saya selalu bertemu seorang ibu yang sedang merajut sepatu di sofa itu sambil menunggui anaknya yang sedang bermain dan membaca buku.
Berkunjung ke perpustakaan Magelang, adalah pilihan yang tepat dan sangat hemat. Sekali berlayar, tiga pulau terlampaui. 😉
Setelah balik ke Payakumbuh, kami memang tidak pergi ke perpustakaan lagi. Entah itu perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi atau perpustakaan Kota Payakumbuh, saya harap sudah sama fasilitasnya dengan perpustakaan yang pernah kami kunjungi.
0 Comments