Kita semua tahu bahwa shalat berjamaah lebih besar pahalanya dari pada shalat sendiri-sendiri. Bagi laki-laki perintah shalat berjamaah adalah wajib sedangkan bagi wanita adalah sunnah. Rasulullah bersabda,”Shalat seorang laki-laki dalam jamaah melebihi salatnya sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Muslim).

Salah satu yang menjadi catatan penting dalam ingatan saya mengenai pengalaman tinggal dua tahun di Magelang adalah masyarakatnya yang sangat religius. Mungkin karena disana banyak pesantren. Apalagi di kecamatan Tegalrejo. Konon katanya ada sekitar seribu orang santriwan dan santriwati yang menimba ilmu di seluruh pesantren yang tersebar di wilayah kecamatan Tegalrejo.

Masyarakat disana juga sangat patuh dan memuliakan para ulama. Apapun wejangan dan nasehat dari kyai pasti akan mereka indahkan. Begitulah kesimpulan saya mendengar penuturan Mak E, pengasuh anak sulung saya, Zahra.

Sifat religius masyarakatnya juga dapat saya lihat sendiri, diantaranya melalui shalat berjamaah. Mungkin ini terjadi pada diri saya sendiri, yang masih belum apa-apa tingkat keimanannya. Saya juga takut jika saya salah informasi. Yang jelas, di lingkungan saya (di tempat kerja), kadang kalau kita shalat, kebetulan teman kita juga shalat, nanti shalatnya tetap sendiri-sendiri. Jarang yang mengajak shalat berjamaah. Apalagi kami yang kerjanya dua orang dalam satu ruangan atau dua orang dalam satu shift, pastilah shalatnya bergantian. Takut nanti jika ada pasien gawat darurat yang datang, tidak tertolong dengan cepat.

Namun itulah bedanya kami (apa yang terjadi dengan saya, hanya menurut pengalaman saya) dengan masyarakat disana. Disana  shalat berjamaah itu benar-benar ditegakkan dan dijaga dengan baik. Pernah ketika menjalankan shalat Zuhur di aula dinas kesehatan, saya menemukan dua orang ibu-ibu yang lagi berbincang-bincang sambil tiduran. Saya pikir mereka sedang istirahat sebentar melepas penat dengan meluruskan badan, tiduran. Ketika saya mau takbiratul ihram, muncullah seorang bapak yang telah selesai wudhu. “Ayo Mas, kita sudah nungguin dari tadi yang mau jadi imam”, kata salah seorang ibu. Jleb, saya langsung merapatkan shaf dengan ibu-ibu tadi.

Pernah dalam sebuah pertemuan IBI ranting, kami antri untuk melaksanakan ibadah shalat Ashar. Jika ditempat saya, dalam situasi yang seperti itu, kami mungkin sudah sholat sendiri-sendiri agar cepat dan teman yang lain tidak terlalu lama antri. Namun, minimnya waktu, kecilnya tempat shalat, mukena yang terbatas, banyaknya antrian, tidak mengalahkan semangat meraih pahala paling tidak tinggi dengan mengerjakan shalat berjamaah. Kami shalat berjamaah bergantian, dua-dua orang, atau tiga-tiga orang .

Pengalaman tersebut memberikan motivasi kepada saya agar selalu berusaha Istiqomah, apapun dan bagaimanapun situasi yang kita hadapi. Semoga saya bisa. Aamiin.