Dua tahun tinggal di Magelang membuat saya mempunyai banyak pengalaman tentang budaya masyarakat disana. Salah satunya nyadran.

Nyadran adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah. Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.
Nyadran merupakan salah satu tradisi dalam menyambur datangnya bulan Ramadhan.
Kegiatan yang biasa dilakukan saat Nyadran atau Ruwahan adalah:

 Menyelenggarakan kenduri, dengan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan bersama.
 Melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.
 Melakukan upacara ziarah kubur, dengan berdoa kepada roh yang telah meninggal di area makam.

Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya'ban. Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga telasih. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi. Para masyarakat yang mengikuti Nyadran biasanya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri.Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.
(Wikipedia)

Ketika penyelenggaraan nyadran sudah datang, para ibu-ibu sudah sibuk mempersiapkan semuanya. Memilih menu, belanja ke pasar dan memasak di dapur untuk acara nyadran. Dan yang menggembirakan, karyawan puskesmas tanpa terkecuali, termasuk saya dikasih jatah libur satu hari. Cuti nyadran. Saya masih ingat percakapan dengan Pak Ismail, Kepala Tata Usaha Puskesmas; sekarang beliau sudah pensiun.

“Uni, jatah liburannya mau diambil kapan Uni?”
“Libur yang mana Pak?”
“Libur nyadran.”

Emak-emak ini langsung sumringah dan tersenyum lebar menunjuk-nunjuk kalender mencari tanggal yang tepat untuk cuti.

Nyadran, nasi berkat dan perayaannya, menjadi kenangan bagi kami.