Perawatan Bayi Baru Lahir

Melihat, mendengar dan mengamati.

Sebagai orang baru, perantau dari sumatera, yang sangat jelas berbeda adat istiadat, kebiasaan dan pengalamannya, memperhatikan budaya dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Tegalrejo merupakan suatu keharusan. Selalu saja ada kejutan dan hal-hal baru. Termasuk dalam hal perawatan bayi baru lahir.

Ketika baru saja lahir, sudah ada perlakuan khusus kepada bayi. Yang pertama sekali adalah perlakuan khusus pada ari-ari (plasenta). Kebiasaan ini saya dapatkan dari Bu Ita, bidan desa Glagahombo, karena saya sering menolong beliau sebagai asisten ketika ada persalinan.

Plasenta yang masih berdarah-darah itu dicuci. Kemudian dibungkus dalam secarik kain mori (kain putih) lalu dimasukkan kedalam kendil. Saya bru tahu, ada kendil khusus buat menaruh plasenta yang akan dikubur. Di rumah bidan biasanya sudah disediakan.

Sebagai pelengkap, Bu Ita sudah menyiapkan pensil yang pendek (telah dipotong), jarum dan benang, uang logam, bumbu dapur, garam. Lalu semuanya dibungkus kertas, dimasukkan kedalam kendil, diatas plasenta tadi. Dan siap ditanam.

Saya pernah bertanya mengenai budaya ini kepada dukun bayi yang sering menolong Bu Ita. Jika anak perempuan ari-arinya dikubur disebelah kiri pintu utama, dan jika bayi laki-laki, maka ari-arinya dikubur di sebelah kanan pintu utama.

Tetangga saya di Karanglo, Mbak Iin, memberikan lampu penerangan di tempat ari-ari anaknya dikuburkan. Timbunan lubang tempat mengubur ari-ari tadi diberi pagar bambu dan diatasnya diberi bola lampu. Jika hari telah senja, pak Madi, sang kakek selalu menghidupkan lampu di tempat itu.

Orang Tegalrejo menyukai kepala yang datar untuk bayi-bayi mereka. Tidak heran walaupun sedang digendong, kepala bayi tetap diberi bantal kecil sebagai alas. Kepala anak saya, Zahra, bentuknya bulat. Bu Dju, ibu kos saya, pernah mengomentari hal tersebut. Katanya anak perempuan lebih bagus bentuk kepalanya datar dibelakang. Saya hanya senyum saja.

Hal lain yang saya amati adalah pada ubun-ubun bayi ditempelkan sesuatu. Saya lupa bertanya apa namanya. Katanya terbuat dari rempah-rempah. Tujuan penggunaannya supaya bayi tidak masuk angin.

Tradisi lainnya adalah mencukur kepala bayi sampai botak dan tidak ada rambut. Ini dilakukan oleh dukun bayi. Setelah dicukur, alangkah lebih baik rambut ditimbang dan orang tua bersedekah seharga perak sebanyak berat rambut tersebut. Hal tersebut menurut penuturan dukun bayi yang pernah saya tanyai.