Yeay.. akhirnya. Sebentar lagi tantangan sarapan kata akan segera berakhir. Ibarat sedang menjalankan puasa, dua hari lagi kita sudah boleh berbuka dan bersuka cita. Hilal kemenangan telah tampak. (Ngarep, padahal diprediksi masih banyak tantangan lainnya). Tapi senang sedikit boleh lah ya, secara saya sudah menulis sejauh ini, 28 judul tulisan pendek. Ini bisa dibilang sesuatu yang membahagiakan saya, suatu pembuktian, bahwa saya bisa. Saya bisa memaksa diri saya untuk menulis dan berkarya. Saya bisa melebihi diri saya yang sekarang ini. Karena seorang pembicara di channel Indonesia Menulis mengatakan, bukan karena ada waktu luang kita menulis, tapi karena harus menulis kita harus menyediakan waktu.

Oleh karena itu, di akhir tugas sarapan kata, dimana sebelumnya saya lebih banyak menceritakan tentang tempat wisata, hiburan dan acara lainnya, kali ini saya ingin menceritakan tentang pengalaman saya bekerja di puskesmas Tegalrejo. Tentang hari-hari yang saya habiskan sebagai pegawai titipan.
Sewaktu saya datang ke puskesmas pertama kali, puskesmas Tegalrejo sedang diperbaiki. Puskesmas pindah ke tempat lain untuk sementara waktu. Sebuah ruko di sewa untuk pelayanan puskesmas. Letaknya tidak begitu jauh dari lokasi yang lama. Barulah pada tanggal 31 Desember 2014 puskesmas yang baru diresmikan.

Seperti saya ceritakan sebelumnya, oleh Dinas kesehatan saya ditempatkan sebagai bidan desa dan bertugas di desa Purwodadi. Tugas posyandu balita, posyandu lansia, pemantauan kesehatan anak sekolah, imunisasi, kunjungan nifas, kelas ibu hamil, dan pelayanan PKD saya lakoni. Saya jalankan sebaik mungkin.
Kami semua, para bidan, termasuk bidan koordinator, berjumlah 22 orang. Masing-masing bidan mempunyai kewajiban satu hari untuk melaksanakan pelayanan KIA dan KB di Puskesmas. Di hari lainnya melakukan kegiatan lapangan. Saya kebagian piket hari Rabu. Hari pelayanan KB. Tak jarang jika sedang safari, akseptor KB bisa mencapai 20 orang.

Setiap hari, kami selalu apel pagi. Kecuali hari Jumat. Awalnya apel jam 7.30, tapi karena ada peraturan baru, apel pagi dimajukan menjadi jam 7 pagi.


Jika ada kegiatan kelas ibu hamil, semuanya saling bahu-membahu. Acaranya yang padat dan runtut membutuhkan kolaborasi dan kerjasama tim yang solid. Apalagi kalau sasaran ibu hamilnya banyak, lebih dari 15 orang. Semua ibu hamil diperiksa kesehatannya, kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, golongan darah dan protein urin. Setelah itu diberikan penjelasan mengenai kesehatannya, pemberian tablet Fe dan PMT ibu hamil. Setelah semuanya selesai barulah dilakukan ceramah, penjelasan seputar kehamilan oleh narasumber. Dalam satu kali turun untuk pertemuan kelas ibu hamil yang pertama minimal ada bidan tiga orang, sebagai petugas pemeriksaan, narasumber dan assisten. Kemudian petugas gizi 1 orang, dan petugas laboratorium satu orang.
Begitu juga untuk kegiatan posyandu lansia, juga membutuhkan petugas yang banyak didalamnya, kalau memungkinkan.

Semuanya dari Puskesmas Tegalrejo mengesankan. Tak ada yang tidak. Termasuk Bu Sareh, ibu pemilik warung di dekat Puskesmas. Saya kangen aroma teh melati Bu Sareh, sayur asem, bakmi, gori, dan tahu bacem buatan beliau. Baru beberapa bulan menjelang pulang saya  mengetahui bahwa nama beliau sebenarnya bukan Bu Sareh. Sareh adalah nama suami beliau. Orang Jawa kadang lebih populer dengan menyandang nama suami. Oalah, kemana saja Mbak Resti. 🤦

Ibu Masita Gultom, atau lebih sering disapa Bu Ita, adalah bidan yang banyak berjasa bagi saya. Beliau adalah bidan desa Glagahombo, rumah beliau tidak jauh dari kontrakan saya. Bidan senior berdarah Batak ini, telah banyak membantu saya selama bertugas di puskesmas Tegalrejo. Sebagai sejawat, beliau adalah bidan yang terampil. Sebagai teman, beliau adalah partner kerja yang dapat diandalkan. Sebagai sahabat, beliau menjalin keakraban yang intim dengan semua orang, ramah dan penyayang. Sebagai kakak, beliau selalu mengajarkan kebaikan dan terus memotivasi. Sungguh saya merasa sangat beruntung dapat mengenal Bu Ita.

Yang tidak bisa dilupakan adalah teman sejawat, seluruh bidan yang ada di puskesmas Tegalrejo.  Terutama tim piket hari Rabu selama dua tahun saya disana.  Bu Prapti, Bu Emi, Mbak Ayu, Mbak Agis, juga Mbak Lilis.  Kalau  istilah minangnya “ondong aia, ondong dadak”. Kemana-mana selalu bersama. Semoga tetap selalu kompak ya..

Banyak hal yang belum saya ceritakan. Saya belum menceritakan teman-teman satu kosan, saya belum cerita tentang Bu Awang, tentang Borobudur yang megah, tentang perjalanan traveling saya selama di Magelang. Semoga saya bisa menuliskannya dilain kesempatan.

Sebagai penutup, saya meminta maaf kepada semua pembaca jika dalam penyajian sarapan kata selama satu bulan ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Semoga saya bisa memperbaikinya. Jangan bosan membaca tulisan Resti ya... 😉